PENYIMPANGAN
BAHASA DI KALANGAN REMAJA
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis
Ilmiah ini, dengan judul “Penyimpangan
Bahasa Di Kalangan Remaja” sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Proposal
Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari perhatian, bimbingan,
bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sungguh berarti bagi penulis.
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.
Ibu
Siti Rumilah, M.Pd selaku
dosen pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan,dan motivasi
kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
2.
Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis
menyadari akan keterbatasan, kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang
dimiliki. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhirnya penulis
mengharapkan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Walaikumsalam Wr. Wb.
Surabaya, 02 November 2014
Penulis
Bahasa indonesia merupakan bahasa resmi bangsa indonesia. Dalam
kiprahnya sebagai bahasa resmi negara, bahasa indonesia memiliki kaidah dan
tatanan yang telah disempurnakan ejaannya. Bahasa indonesia yang sudah dikenal
sejak zaman dahulu merupakan bahasa Nasional masyarakat indonesia yang
digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari.
Bangsa indonesia sudah sangat berkembang dalam berbagai bidang meliputi teknologi,
ekonomi, budaya, perkembangan itu sangat mempengaruhi generasi muda zaman
sekarang. Genersi muda sekarang cenderung mengikuti model dan tidak memikirkan
kesopanan dan tata tertib, dari cara berpakain, prilaku, sampai bahasa yang
mereka gunakan . generasi muda zaman sekarang jarang menggunakan bahasa
indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehri-hari. Hal tersebut
dipengaruhi oleh penggunaan bahasa indonesia oleh para pesohor negeri yang
menjadi sorotan media massa baik cetak maupun elektronik.
Bahasa indonesia yang baik dan benar sangatlah penting bagi
masyarakat indonesia khususnya para remaja zaman sekarang untuk berkomunikasi.
Tetapi remaja sekarang sudah tidak lagi menggunakan bahasa indonesia yang baik
dan benar bahkan mereka menggunakan bahasa gaul yang sedang marak dizaman
sekarang, maka dari itu saya tertarik untuk menganalisis penyimpangan bahasa
dikalangan remaja, dan apa yang menyebabkan terjadinya penyimpangan bahasa
tersebut.
1.
Bagaimana bentuk penyimpangan bahasa dikalangan remaja ?
2.
Faktor-Faktor yang mempemgaruhi penyimpangan bahasa dikalangan
remaja ?
1.
Mengetahui bentuk penyimpangan bahasa dikalangan remaja.
2.
Mengetahui Faktor-Faktor pemerolehan penyimpangan bahasa dikalangan
remaja.
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi kepada
masyarakat khususnya remaja dan mahasiswa tentang penyimpangan bahasa
dikalangan remaja, sehingga timbul upaya masyarakat khususnya remaja dan
mahasiswa untuk tetap menjaga dan melestarikan bahasa indonesia.
Hasil penelitian ini diharapkan membantu memperbaiki penyimpangan
bahasa dikalangan remaja, agar para remaja tidak lagi menggunakan bahasa yang
tidak benar. Memberikan manfaat bagi pembaca karena dapat digunakan sebagai
alat bantu positif digunakan sebagai alat pembelajaran dalam mencapai tujuan
bahasa indonesia yang baik dan benar.
BAB
II
Penyimpangan Bahasa Indonesia merupakan kesalahan kebahasaan secara
sistematis dan terus menerus sebagai akibat belum dikuasainya kaidah-kaidah
atau norma sebagai bahasa indonesia yang baik dan benar.
Penyimpangan berbahasa cenderung diabaikan dalam analisis kesalahan
berbahasa karena sifatnya tidak acak, individual, tidak sistematis, dan tidak
permanen (bersifat sementara). berbahasa berdasarkan penyimpangan kaidah bahasa
yang berlaku dalam bahasa itu.
Istilah kesalahan berbahasa memiliki pengertian ynang beragam yaitu
:
Menurut Corder (1974) menggunakan 3 (tiga) istilah untuk membatasi
Penyimpangan bahasa yaitu:
a)
Lapses
Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk
menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan
selengkapnya. Untuk berbahasa lisan, jenis kesalahan ini diistilahkan
dengan diistilahkan “slip of the pen”.
Penyimpangan ini terjadi akibat ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh
penuturnya.
b)
Error
adalah Penyimpangan bahasa akibat penutur melanggar kaidah atau
aturan tata bahasa (breaches of code Penyimpangan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki
aturan (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain, sehingga
itu berdampak pada kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan penutur. Hal tersebut
berimplikasi terhadap penggunaan bahasa, terjadi Penyimpanngan berbahasa akibat
penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah.
c)
Mistake
Mistake adalah Penyimpangan
bahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih kata atau ungkapan untuk
suatu situasi tertentu Penimpangan ini
mengacu kepada kesalahan akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang
diketahui benar, bukan karena kurangnya penguasaan bahasa kedua (B2). Kesalahan
terjadi pada produk tuturan yang tidak benar.
Burt dan Kiparsky tidak membedakan Penyimpangan bahasa, tetapi dia
menyebut penyimpangan bahasa yaitu,
1.
goof, yakni: kalimat-kalimat atau tuturan yang mengandung Kesalahan.
2.
gooficon yaitu, untuk menyebut jenis kesalahan (sifat kesalahan) Dari
kegramatikaan atau tata bahasa.
3.
goofing yaitu, penyebutan terhadap seluruh kesalahan tersebut, goof
dan gooficon.
Menurut Dulay, Burt maupun Richard (1979) menjelaskan, kekhilafan
akan selalu muncul betapa pun usaha pencegahan dilakukan, tidak seorang pun
dapat belajar bahasa tanpa melakukan kekhilafan (kesalahan) berbahasa. Menurut
temuan kajian dalam bidang psikologi kognitif, setiap anak yang sedang
memperoleh dan belajar bahasa kedua selalu membangun bahasa melalui proses
kreativitas. Jadi, kekhilafan adalah hasil atau implikasi dari kreativitas,
bukan suatu kesalahan berbahasa.
Penyimpangan bahasa adalah
suatu hal yang wajar dan selalu dialami oleh anak (siswa) dalam proses
pemerolehan dan pembelajaran bahasa kedua. Hal itu merupakan implikasi logis
dari proses pembentukan kreatif siswa (anak).
Menurut (Corder; Richard, 1975).
Penyimpangan bahasa dipandang sebagai bagian dari proses belajar
bahasa. Ini berarti bahwa Penyimpangan bahasa adalah bagian yang integral dari pemerolehan
dan pengajaran bahasa.
Sekarang “Apa yang dimaksud Penyimpangan bahasa Indonesia?” Apabila
Penyimpangan bahasa itu dihubungkan dengan pernyataan atau semboyan “Pergunakanlah
bahasa Indonesia yang baik dan benar,” ada 2 (dua) parameter atau tolak ukur
kesalahan dalam berbahasa Indonesia.
Pertama, pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik. Ini berarti
bahwa bahasa Indonesia yang baik adalah penggunaan bahasa sesuai dengan
faktorfaktor penentu dalam komunikasi. Inilah faktor-faktor penentu dalam
komunikasi, antara lain:
1)
siapa yang berbahasa dengan siapa;
2)
untuk tujuan apa
3)
dalam situasi apa (tempat dan waktu);
4)
dalam konteks apa (partisipan, kebudayaan dan suasana);
5)
dengan jalur mana (lisan atau tulisan);
6)
dengan media apa (tatap muka, telepon, surat, koran, buku, media komunikasi
lain: Hp, Internet);
7)
dalam peristiwa apa (bercakap, ceramah, upacara, lamaran pekerjaan, pelaporan,
pengungkapan perasaan).
Kedua, pergunakanlah bahasa Indonesia yang benar. Parameter ini mengacu
kepada penaatasasan terhadap kaidah-kaidah atau aturan kebahasaan yang ada
dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa
Indonesia yang sesuai dengan kedua parameter tersebut, yakni: faktor-faktor
penentu berkomunikasi dan kaidah kebahasaan yang ada dalam bahasa Indonesia.
Berarti, penggunaan bahasa Indonesia yang berada di luar faktor-faktor penentu komunikasi
bukan bahasa Indonesia yang benar dan berada di luar kaidah kebahasaan yang ada
dalam bahasa Indonesia bukan bahasa Indonesia yang baik.
Oleh karena itu, kesalahan berbahasa Indonesia adalah penggunaan
bahasa Indonesia, secara lisan maupun tertulis, yang berada di luar atau
menyimpang dari faktor-faktor komunikasi dan kaidah kebahasaan dalam bahasa
Indonesia.
Menurut Tarigan (1997), ada dua istilah yang saling bersinonim
(memiliki makna yang kurang lebih sama), kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake)
dalam pengajaran bahasa kedua. Penyimpangan bahasa adalah penggunaan bahasa
yang menyimpang dari kaidah bahasa salahan (error) dan kekeliruan (mistake),
Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam setiap tataran linguistik
(kebahasaan). Ada kesalahan yang terjadi dalam tataran fonologi, morfologi,
sintaksis, wacana dan semantik. Kesalahan berbahasa dapat disebabkan oleh
intervensi (tekanan) bahasa pertama
terhadap bahasa kedua. Kesalahan berbahasa yang paling umum terjadi
akibat penyimpangan kaidah bahasa. Hal itu terjadi oleh perbedaan kaidah
(struktur) bahasa pertama dengan bahasa kedua. Selain itu kesalahan terjadi
oleh adanya transfer negatif atau intervensi Bahasa pertama pada Bahasa kedua.
Dalam pengajaran bahasa, kesalahan berbahasa disebabkan oleh banyak faktor, di
antaranya:
a.
Teman
b.
Pergaulan
c.
Lingkungan
(Tarigan, 1997), Burt, Dulay, maupun Krashen (1982) membedakan
wilayah (taksinomi) kesalahan berbahasa menjadi kesalahan atau kekhilafan:
a.
taksonomi kategori linguistik;
b.
taksonomi kategori strategi performasi;
c.
taksonomi kategori komparatif;
d.
taksonomi kategori efek komunikasi.
Taksonomi kesalahan berbahasa itu, menurut Nurhadi (1990),
dibedakan sebagai berikut.
Taksonomi kategori linguistik membedakan kesalahan berdasarkan komponen
bahasa dan konsisten bahasa. Berdasarkan komponen bahasa, wilayah kesalahan
dibedakan menjadi:
a.
kesalahan tataran fonologi;
b.
kesalahan tataran morfologi dan sintaksis;
c.
kesalahan tataran semantik dan kata;
d.
kesalahan tataran wacana.
Berdasarkan konstituen bahasa, kesalahan terjadi pada tataran
penggunaan unsur-unsur bahasa ketika dihubungkan dengan unsur bahasa lain dalam
satu bahasa. Misalnya frase dan klausa dalam tataran sintaksis atau
morfem-morfem gramatikal dalam tataran morfologi.
Berdasarkan taksonomi kategori strategi performasi, kesalahan
didasarkan kepada penyimpangan bahasa yang terjadi pada pemerolehan dan
pengajaran bahasa kedua (B2). Pendeskripsian kesalahan ini seharusnya
dipertimbangkan atau dihubungkan dengan proses kognitif pada saat anak (siswa)
memproduksi (merekonstruksi) bahasanya.
Dalam kategori strategi performasi, tataran kesalahan bahasa dapat dibedakan
menjadi 4 (empat) kesalahan. Berikut adalah keempat kesalahan kategori strategi
performasi:
a.
Penanggalan (omission), penutur bahasa menanggalkan satu atau lebih Unsur-unsur
bahasa yang diperlukan dalam suatu frase atau kalimat. Akibatnya
terjadi penyimpangan konstruksi frase atau kalimat.
b.
Penambahan (addition), penutur bahasa menambahkan satu atau lebih unsur-unsur
bahasa yang tidak diperlukan dalam suatu frase atau kalimat. Akibatnya
terjadi penyimpangan konstruksi frase atau kalimat.
c.
Kesalahbentukan (misformation), penutur membentuk suatu frase atau Kalimat
yang tidak sesuai kaidah bahasa itu. Akibatnya konstruksi frase atau
kalimat menjadi salah (penyimpangan) kaidah bahasa.
d.
Kesalahurutan (misordering), penutur menyusun atau mengurutkan unsur-unsur
bahasa dalam suatu konstruksi frase atau kalimat di luar kaidah
bahasa itu. Akibatnya frase
atau kalimat itu menyimpang dari kaidah bahasa.
e.
berdasarkan taksonomi komparatif, kesalahan dibedakan menjadi 4 (empat)
tataran kesalahan. Berikut adalah keempat jenis kesalahan berdasarkan taksonomi
komparatif.
1)
Kesalahan interlingual disebut juga kesalahan interferensi, yakni: Kesalahan
yang bersumber (akibat) dari pengaruh bahasa pertama (B1) terhadap
bahasa kedua (B2).
2)
Kesalahan intralingual adalah kesalahan akibat perkembangan. Kesalahan
berbahasa bersumber dari penguasaan bahasa kedua (B2) yang belum
memadai.
3)
Kesalahan ambigu adalah kesalahan berbahasa yang merefleksikan kesalahan
interlingual dan intralingual. Kesalahan ini diakibatkan kesalahan
pada interlingual dan intralingual.
4)
Kesalahan unik adalah kesalahan bahasa yang tidak dapat dideskripsikan
berdasarkan tataran kesalahan interlingual dan intralingual.
Berdasarkan kategori efek komunikasi, kesalahan bahasa dapat
dibedakan menjadi kesalahan lokal dan kesalahan global. Berdasarkan jenis
penyimpangan bahasa, kesalahan lokal adalah kesalahan konstruksi kalimat yang
ditanggalkan (dihilangkan) salah satu unsurnya. Akibatnya proses komunikasi
menjadi terganggu. Misalnya: penutur menggunakan kalimat atau tuturan yang
janggal atau “nyeleneh” saat berkomunikasi.
Adapun kesalahan global
adalah tataran kesalahan bahasa yang menyebabkan seluruh tuturan atau isi yang
dipesankan dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis, menjadi tidak dapat
dipahami.
Akibat frase ataupun kalimat yang digunakan oleh penutur berada di
luar kaidah bahasa manapun baik Bahasa pertama maupun Bahasa kedua.
Sumber kesalahan berbahasa secara tersirat sudah dapat dipahami
oleh anda dalam sajian sebelum ini. Penyimpangan bahasa yang dilakukan oleh
para penutur, terutama anak (siswa) dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa.
Berdasarkan kategori taksonomi kesalahan atau kekeliruan bahasa,
anda sudah dapat memprediksikan sumber-sumber kesalahan bahasa. Dalam konteks
ini sumber kesalahan itu adalah “Pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan
benar.” Dari parameter penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar kemudian
dihubungkan dengan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, itulah sumber yang
utama untuk penyimpangan bahasa dalam
sajian ini.
Penyimpangan bahasa yang diukur berada pada tataran (wilayah) fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik dan wacana yang dihubungkan dengan faktor-faktor
penentu dalam komunikasi.
BAB
III
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2014-2015, pada bulan November sampai dengan bulan April 2014.
Dalam karya tulis ilmiah ini, peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif. Yaitu pendekatan yang menekankan pada pembangunan naratif atau
deskripsi tekstual atas fenomena yang diteliti dan sebagai gambaran secara
jelas mengenai suatu hal atau fenomena yang akan diteliti. Para remaja zaman
sekarang jarang menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.
Data adalah semua keterngan seseorang yang dijadikan responden
maupun yang berasal dari dokumen-dokumen baik dam bentuk statistik atau dalam
bentuk lainnya guna keperluan penelitian
yang dimaksud.
Data penelitian ini diambil dari para remaja yang menggunakan
penyimpangan bahasa kemudian penyimpangan tersebut dikumpulkan dan dicatat
kesalahan-kesalahan yang ada dalam komposisi dan selanjutnya diklasifikasikan,
komposisi ini dijadikan data penulisan karena data ini dapat diamati secara
langsung dalam bentuk tertulis, sehingga memudahkan proses identifikasi dan
klasifikasi kesalahan.
Sumber data dalam penelitian ini adalah mahasiswa UINSA Surabaya
melalui Observasi dan diperoleh dari data tertulis yaitu, buku, kepustakaan,
dan dari literatur di internet yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Pengumpulan
data dilakukan dengan cara obsrvasi.
Observasi adalah suatu prosess pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai fenomena Baik dalam situasi
sebenarnya maupun dalam situasi buatan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi digunakan
untuk mengumpulkan data sebagai berikut :
1.
Penyimpangan bahasa yang digunakan para remaja zaman sekarang.
2.
Bentuk-bentuk dan contoh penyimpang bahasa yang digunakan remaja
sekarang.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Deskripsi
Kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode-
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
meneliti pada populasi atau sampel tertentu.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian
data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutny, dan
mencarinya bila diperlukan.
Setelah data diredukasi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat
dilakukan dalam bentuk tabel, grafik dan sejenisnya. Melalui penyajian data
tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga
akan semakin mudah dipahami.
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
adalah penarikan kesimpulan dan Verifikasi.
Pada zaman globalisasi yaitu zaman sekarang zamannya teknologi yang
canggih yang sangat mempengaruhi pemuda indonesia. Pada zaman inilah pemuda
indonesia berlomba untuk menampilkan diri bahwa dirinya gaul, maka dari itu
timbul prilaku yang tidak teratur, dan termasuk bahasa tidak sesuai dengan
kamus besar bahasa indonesia.
Penyimpangan bahasa tidak jauh beda denngan dengan bahasa alay,
atau yang biasa disebut bahasa gaul, yaitu merupakan bahasa anak muda masa
kini, sebenarnya penggunaan bahasa anak muda dirasa kurang pas dan menyipang,
karena penggunaan bahasa gaul yanng marak dipopulerkan oleh anak-anak remaja
sekaranng.
Pada bab ini akan dibahas bentuk-bentuk apa saja dalam penyimpangan
bahasa beserta contohnya:
Penggunaan bahasa menyimpang seperti ini tidaklah efektif dan
komunikatif jika digunakan sebagai bahasa sehari-hari dan tidak sopan meskipun
digunakan dalam bahasa pergaulan. Bahasa ini sering diucapkan oleh remaja saat
ini, yanng seharusnya tidk pantas didengar apalagi dikalangan anak-anak, selain
menyimpang bisa menyebabkan konflik dikalangan remaja.
Contohnya:
“Kampret” “Brengsek”
“Setan” “Sialan”
“Anjing” “Kurang
ajar”
“Tolol” “Sinting”
“Asu” “Jancok”
“Babi” “Jancok”
“jelek” “Bodoh”
Penggunaan
bahasa tidk baku (gaul) sering digunakan
di;lingkungan kita pengungkapan bahasa indonesia yang menyimpang dari bahasa
sebenarnya.
contohnya:
“Ternyata
lu doyan juga nasi goreng brow..!
“Lhaa..
iya keles’
“idiih
Kemal (kepo maksimal)
“kepo
deeh”
“Dasar
Geje : gak jelas
“Galau
banget hari ini”
“BTW,
lu dimana sekarang ?
“lgi
Otw ni... bentar ya.
A:
Woy gw kmaren abis beli baju tauu..
B:
Teruuss.....?
A: Ya gak gimana-gimana, Cuma
pengen cerita aja..
B: Gw peduli gitu.
“
Ehh.. gw denger-denger lu sakit ya ? GWS (Get well soon) ya..
“Dasar
lu bisanya Cuma Hoak (Bohong) doang..
“Kamseupay
euuhhh... (kampungan sekali, udik, payah)
“Langsung
kicep (Berdiam diri) gw ngeliat cewek cantik itu..
“Kudet
(Kurang updet) siih... makanya ketinggalan zaman.
“bgini
ni yang LDR (Long distance relationship/Pacaran jarak jauh).
“ngapain
sih lo telpon gw tengah malem gini ? rempong deh..
“Gokil
soobb... kece abiiss kita hari ini..
“uuuuhh
Unyu banget siih kamu..
A: lo udah
ngerjain tugas Bahasa Indonesia ?
B: Woles (santai) aja broow..
masih lama ini.
Karena
seseorang pemuda ingin terlihat pintar dan gaul timbul penggabungan bahasa
asinng, contohnya :
“Sorry
ya.. aku telat, soalnya kesingan.
“Oke,
aku lgi otw nih..
“Besok
jangan lupa ya bawa buku And alat tulisnya..
“
Sebenarnya lo milih dia Or dia ?
“Thank
you, atas ucapannya.
“Love
you sayang..
“Yes...
tenang aja..
“Happy
Birthday yaa..
“good
nigh.. semoga mimpi indah
“Selamat
malam Have a nice dream sayang..
“Lo
gw End.. gak usah hubungin gw lagi..
Mengapa anak-anak bisa mengatakan kata-kata
kasar dan jorok? Dibawah ini akan dijelaskan faktor-faktor penyebab pemerolehan
bahasa kotor (jorok) pada anak usia 4 tahun yaitu sebagai berikut:
Karena secara tidak langsung anak-anak menikmati reaksi orang-orang di
sekitarnya dan mencontohnya, seperti ia ditertawakan seolah-olah itu lucu dan
menghibur, atau diperhatikan dengan rasa kaget dan ingin tahu dari
lingkungannya.
Anak berkata kasar atau jorok bisa juga karena ia menirunya dari teman di
sekolah, sekadar iseng, atau saat ia merasa marah dan mengetahui bahwa kata
tadi bisa memancing kekesalan orang lain.
Begitu anak melontarkan kata kotor, anak segera mendapat perhatian dari
orangtua maupun orang dewasa lainnya, sekalipun perhatian itu berbentuk teguran
atau amarah.
Ada perasaan senang yang dialami anak saat berhasil mengejutkan orang lain.
Ketika anak bisa membuat orang dewasa shock, seketika ia merasa bisa
mengungguli orang dewasa tersebut.
Anak mungkin menggunakan kata-kata kotor itu untuk mengekspresikan perasaan
marah, kesal, atau kecewa pada orang lain.
Anak mempunyai suatu perasaan bermusuhan terhadap orang dewasa. Selama ini
ia mungkin merasa terlalu ditekan, dibatasi, atau mungkin juga merasa
diperlakukan dengan kasar, akibatnya ia jadi berkeinginan untuk memberontak dan
agresif melawan orang dewasa. Pandangan salah bahwa kata kotor adalah
bagian dari kedewasaan Anak berpikir bahwa kata kotor adalah kata yang
wajar digunakan oleh orang-orang dewasa. Karena ingin merasa dewasa, anak pun
menggunakan kata kotor.
Anak yang sudah mulai menginjak usia remaja berjuang untuk mendapat
penerimaan dari kelompok teman-teman sebayanya. Beberapa anak mengira bahwa
dengan bicara kotor, ia akan dipandang gaul, berani, atau macho oleh
teman-temannya.
Disamping faktor diatas, ada faktor-faktor lainnya yang merupakan penyebab
pemerolehan bahasa kotor (jorok) pada anak usia 4 tahun yaitu sebagai berikut:
a) Televisi
Maksud dari televisi ini tentu hanya
program-program yang tidak pantas di tonton oleh anak, seperti sinetron yang
mungkin mengandung adegan kekerasan dan ucapan-ucapan yang tidak baik. adegan
bermesraan yang belum pantas untuk diketahui oleh seorang anak. Film kartun
yang banyak mengeluarkan kata-kata kasar karena ceritanya tentang perang atau
lain-lain.
b) Memarahi Anak dengan Kata-Kata Kasar
Kita terkadang kita tidak menyadari saking
jengkel atau kesalnya kita pada anak, kita tidak sadar memarahi dia
dengan kata-kata kasar dan hal ini harus kita hindari karena berdampak tidak
baik pada anak, kita cari cara lain untuk marah. Misalnya dengan menasehati
bahwa perbuatan seperti itu tidak benar dan kita tunjukan hal yang benar pada
anak.
c) Bertengkar di Hadapan Anak
Hal ini sangat penting sekali untuk
dihindari, jangan kita bertengkar dengan siapapun di depan anak apalagi sampai
mengatakan kata-kata yang tidak baik, karena anak akan sangat cepat meniru dan
mungkin anak akan melihat kita sebagai sosok pemarah.
d) Memperdengarkan Lagu-Lagu Tentang Kekerasan
Faktor ini perlu juga untuk kita hindari,
misal seorang ayah suka dengar lagu-lagu yang ada kata-kata kasarnya, maka kita
sebagai orang terdekat wajib mengingatkan. Kalau mau mendengarkan lagu tentang
kritik pada pemerintah atau yang lain jangan sampai di dengar anak-anak.
e) Memperdengarkan Lagu-Lagu Tentang Cinta
Fenomena ini sering terjadi banyak sekarang
anak-anak SD bahkan TK yang sudah mengetahui pacaran. Ini sungguh sangat di
sayangkan. Mungkin juga hal ini terjadi karena pengaruh dari lagu-lagu cinta
yang sering anak dengar atau tontonan. Kita tentu tidak ingin generasi kita
menjadi generasi yang rusak. Jadi tugas kita sering-seringlah memperdengarkan
lagu anak-anak yang mengandung contoh yang baik untuk mereka.
BAB
V
“Kampret” “Brengsek”
“Setan” “Sialan”
“Anjing” “Kurang ajar”
“Tolol” “Sinting”
“Asu” “Jancok”
“Babi” “Jancok”
“jelek” “Bodoh”
contohnya:
“Ternyata lu doyan juga nasi goreng brow..!
“Lhaa.. iya keles’
“idiih Kemal (kepo maksimal)
“kepo deeh”
“Dasar Geje : gak jelas
“Galau banget hari ini”
“BTW, lu dimana sekarang ?
“lgi Otw ni... bentar ya.
Karena seseorang pemuda ingin terlihat pintar dan gaul timbul
penggabungan bahasa asinng, contohnya :
“Sorry
ya.. aku telat, soalnya kesingan.
“Oke,
aku lgi otw nih..
“Besok
jangan lupa ya bawa buku And alat tulisnya..
“
Sebenarnya lo milih dia Or dia ?
Faktor yamg
pemerolehan penyimpangan bahasa yaitu:
1.
keluarga dan lingkungan
2.
Temen bermain
3. . Keinginan
Mendapat Perhatian
4. Ada Kesenangan yang diperoleh dari Mengejutkan
Orang Lain
5. Keinginan Melepaskan
Emosi Marah dan Kecewa
6. Keinginan
memberontak
7. Keinginan diterima Teman Sebaya
Nrhadi, Roekhan. Kesalahan bahasa (Bandung: 1990),21
Husein. Fonologi Bahasa Indonesia.(Jakarta:1996)11