Monday, May 16, 2011

kemu’jizatan

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an mempunyai setidaknya dua fungsi utama, yaitu sebagai sumber ajaran’ dan buti kebenaran kerasulan Muhammad Saw. Sebagai sumber ajaran’ Al-Qur,an memberikan berbagai norma keagamaan sebagai petunjuk bagi kehidupan umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan ahirat yang merupakan perjalanan akhir dari kehidupan mereka. Karna sifatnya memberi arah, norma-norma tersebut kemudian dinamai syariah yang berarti jalan lurus.

Disamping sebagai sumber ajaran islam, Al-Qur,an juga disampaikan tuhan untuk menjadi bukti kebenaran kerasulan Muhammad Saw, terutama bagi mereka yang menentang dakwah-dakwahnya. Bukti-bukti kebenaran tersebut dalam kajian ilmu-ilmu Al-Quran disebut mu’jizat.

Dalam uraian berikut akan dibahas tentang kemukjizatan Al-Qur’andengan penekanan pada pengertian mu’jizat, tujuan dan fungsi mu,jizat, aspek-aspek apa saja yang terkandung disalamnya,bagaimana pengertian dan konsep Assarfah. Untuk mengetahui lebih jelasnya akan di bahas pada bab berikutnya.



B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian dari kemu’jizatan itu?

2. Jelaskan kemu’jizatan Al-Qur’an dan fungsinya bagi kerasulan nabi Muhammad SAW ?

3. Jelaskan apakah mu’jizat bisa terjadi

4. Apa Tujuan dan fungsi mu’jizat itu?

5. Apa saja Aspek-aspek kemu’jizatan Al-Qur’an itu?

6. Jelaskan Konsep Assarfah?

C. TUJUAN

Tujuan utama di pembuatan makalah ini adalah agar kita bisa lebih memahami tentangpenertian dan aspek-aspek kemu’jizatan Al-Qur’an.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian kemu’jizatan

Kata mu’jizat dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai “kejadian yang ajaib yang sukur dijangkau oleh kemampuan akal manusia”.

Kata mu’jizat diambil dari kata bahasa arab (a’jaza) yang berarti melemahkan / menjadikan tidak mampu, pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz, dan bila kemampuanya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkamkan lawan, maka ia dinamakan (mu’jizat).

Mu’jizat didevinisikan oleh pakar agama islam antara lain adalah suatu hal / peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan yang ragu, untuk mendatangan hal serupa namun mereka tidak mampu menetang semua itu.

Mu’jizat hanya dimiliki oleh para nabi sebagai pemberian tuhan untuk menghadapi para penentangnya, dan memperlihatkan kebenarannya kerasulan dan kenabiannya, sehingga ajaran yang dibawanya dapat diterima oleh umat manusia, baik pada masa nabi maupun sesudahnya.

Berdasarkan pada kisah-kisah yang diangkat Al-Qur’an, al suyuthi membagi mu’jizat para nabi pada 2 kelompok besar, yaitu mu’jizat hisiyah (sesuatu yang ditangkap oleh panca indra) dan mu’jizat aqliyah (sesuatu yang hanya bisa ditangkap oleh manusia) . Mujizat hisiyah diperkenalkan oleh para nabi yang perhadapan dengan umat terdahulu, seperti nabi musa dengan tongkatnya yang dapat berubah menjadi ular, dan nabi isa yang dapat menghidupkan orang yang sudah meninggal. Sedangakan mu’jizat aqliyuh diperkenalkan nabi Muhammad. Al-Qur’an, karena sifatnya adalah tantangan daya nalar, maka kemu’jizatannya tidak berakhir dengan wafatnya nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an tetap menentang siapa saja yang mencoba menyainginya, termasuk generasi manusia setelah rasul, bahkan umat manusia hari ini, hari esok, dan terus sampai hari akhir .

B Kemu’jizatan Al-Qur’an dan fungsinya bagi kerasulan Muhammad SAW.

Sebagai mu’jizat bagi kerasulan Muhammad, Al-Qur’an amat luar biasa, baik mengenai informasi gaibnya isyarat-isyarat ilmiahnya, maupun penuangan bahasanya, semua ini, selain dapat melemahkan para penentang ke rosulannya, juga memperlihatkan kebenaran kerosulnnya Muhammad di kalangan masyarakatnya di kenal sebagai orang yang tidak mempunyai tradisi tulis baca (ummi) sehingga amat tidak mungkin beliau menciptakan Al-Qur’an itu, karena itu masyarakat musyrikin arab yang menentang kerosulan Muhammad masih banyak yang melecehkan terhadap Al-Qur’an dengan menyebut syi’ir seperti karya mereka, Muhammad di sebut penyair sesat oleh mereka .

Ketidakmampuan masyarakat arab Quraisy memenuhi tantangan baik Al-Qur’an semakin memperkuat kemu’jizatannya, karena dapat melumpuhkan penghinaan dan pelecehan mereka terhadap Al-Qur’an,sehingga pada akhirnya mereka mengakui kebenaran dan keagungannya, inilah fungsi utama kemu’jizatannya yakni dengan memperlihatkan kebenarannya dan kebenaran Muhammadsebagai rosul yang menjawab. Mengapa mu’jizat Muhammad terintegrasi pada ajarannya sendiri? berbeda dengan kemu’jizatan nabi-nabi sebelumnya yang pada umumnya bersifat hisiyah, lokal dan setempat, sehingga karakter ajarannya harus dapat melemahkan berbagai tantangan yang mungkin akan terus datang pada saat rosul pembawa ajarannya itu sendiri telah tidak ada.




C Apakah Mukjizat dapat terjadi

Ada beberapa orang meragukan kemungkinan terjadinya”keluarbiasaan” sebagaimana telah dijelaskan di atas bukanakah aneka keluarbiasaan tersebut bertantangan dengan akal. Sehingga mustahil terjadi?

Sesungguhnya keluarbiasaan itu tidak mustahil menurut pandangan akal yang sehat dan tidak pula bertentangan dengannya, yang sebenarnya terjadi adalah bahwa keluarbiasaan itu hanya sukar, tidak atau belum dapat, di jangkau hakikat atau cara kejadiannya oleh akal .

Kemustahilan dapat di bagi menjadi mustahil menurut akal dan mustahil menurut kebiasaan. Jika anda berkata 10 lebih banyak dari 100. maka pernyataan ini mustahil menurut pandangan akal. Tetapi jika anda berkata bahwa “matahari terbit dari sebelah barat “ maka anda juga dapat berkata bahwa ini merupakan suatu yang mustahil.” tetapi kemustahilannya hanya sudut pandang kebiasaan

Kita sering menilai sesuatu itu mustahil karena akal kita telah terpaku dengan kebiasaan atau dengan hukum-hukum alam atau hukum sebab akibat yang kita ketahui sehingga bila ada sesuatu yang tidak sejalan dengan hukum-hukum itu. Kita segera menolak dan menyatakan mustahil.

Dalam kehidupan ini ada yang di namai d engan sunnatullah., yakni ketetapan –ketetapan Tuhan yang lazim berlaku dalam kehidupan nyata seperti hukum-hukum sebab akibat manusia mengetahui sebagian dari hukum-hukum tersebut tetapi belum lagi mengetahui seluruhnya.

Tentang hukum-hukum (Allah yang berlaku ) di alam seperti hukum sebab akibat yang disebutkan diatas sebaiknya anda bertanya “siapakah yang mengaturnya? siapakah yang menjadikan atau mewujudkan akibatnya? Kesembuhan seseorang penderita apakah disebabkan dengan obat yang di minum?keduannya tidak demikian jawab agamawan antara lain di dasarkan oleh ucapan nabi ibrahim as.


D. Tujuan dari fungsi mu’jizat

Mu’jizat berfungsi sebagai bukti kebenaran para nabi. Keluarbiasaan yang nampak / terjadi melalui mereka itu diibaratkan sebagai ucapan Tuhan,"apa yang dinyatakan sang nabi adalah benar. Dia adalah utusanku dan buktinya adalah aku melakukan mu’jizat itu.

Mu’jizat walaupun dari segi bahasa berarti melemahkan, namun dari segi agama ia sama sekali tidak dimaksudkan untuk melemahkan uuntuk membuktikan ketidak mampuan yang ditetangkan. Mu’jizat ditampilkan oleh Tuhan melalui hamba-hamba pilihanya untuk membuktikan kebenaran ajaran ilahi yang dibawah oleh masing-masing nabi jika demikian halnya, maka ini tidak mengandung dua konsequensi.

Pertama, bagi yang telah percaya kepada nabi maka ia tidak lagi membutuhkan mu’jizat ia tidak lagi di tantang untuk melakukan hal yang sama, mu’jizat yang dilihat / yang dialaminya hanya berfungsi memperkuat keimanan, serta menambah keyakinanya akan kekuasan Allah .

Kedua, para nabi sejak zaman adam as sampai isa as diutus untuk suatu kurun tertentu serata masyarakat tertentu, tantangan yang mereka kemukakan sebagai mu’jizat pasti tidak dapat dilakukan oleh umatnya, namun apakah ini berarti peristiwa luar biasa yang melalui mereka itu tidak dapatoleh selain umat mereka pada generasi sesudah generasi mereka? Jika tujuan mu’jizat pada hakikatnya umat setiap nabi, maka boleh jadi umat yang lain dapat melakukannya. Kemungkinan ini lebih terbuka bagi yang berpendapat bahwa mu’jizat pada hakikatnya lebih terbuka bagi mereka yang berpendapat bahwa mu’jizat pada hakikatnya berada dalam jangkauan hukum-hukum (Allah yang berlaku) di alam, hukum-hukum tersebut belum lagi diketahui oleh masyarakat nabi yang bersangkutan.

Maka dari itu bukanlah suatu hal yang mustahil jika kesucian jiwa para nabi dapat menghasilkan melalui bantuan Allah, peristiwa luar biasa dipandang dari ukuran hukum-hukum alam diketahui umum. Padahal sesungguhnya ia mempunyai hukum-hukumnya tersendiri dan yang dapat dilakukan oleh siapapun selama terpenuhi syarat-syaratnya, boleh jadi dalam konteks ini yang menyebabkan terjadinya adalah kesucian jiwa tersebut.



E. Aspek-aspek kemu’jizatan Al-Qur’an

1. Aspek kemu’jizatan bahasa

Bangasa arab telah menekuni seni bahasa arab semenjak munculnya bahasa mereka sehingga bahasa arab mengalami perkembangan-perkembangan yang pesat dan berkembanglah syair-syair, hikma dan amtsal. Dan setiap kali bahasa Al-Qur’an tetap saja tidak bisa menandingi ketinggalan nilai sastranya. Maka tidak heran banyak dari pemuka-pemuka Quraisy yang terpaku dengan keindahan bahasa AlQur’an yang pada akhirnya mengantarkan mereka mamaluk agama islam. Itulah ketentuhan Allah sebagai bukti kebesarannya yang mana ketika orang membaca dan memahami Al-Qur’an akan munculah rasa kagum dalam dirinya dan pada saat yang sama mereka tidak sanggup menandinginya. Adapun orang-orang yang tertipu oleh angan-angan dan terkena penyakit sombong kemudian berupaya untuk mengalahkan Al-Qur’an mereka selalu mengalami kegagalan .

Tidak ada satu orang pun dari bangsa Arab yang beralasan untuk tidak perlu melakukan penentangan terhadap Al-Qur’an, walau itu mungkin terjadi karena sejarah telah mencatat bahwa telah lengkap dan memadainya faktor yang membuat untuk menentang Al-Qur’an. Dimana mereka menganggap risalah kenabian dengan sikap congkak dan angkuh. Ketika mereka gagal mereka mengalahkan A-Qur’an mereka mengambil jalan lain dengan penawaran nabi Muhammad harata, kekuasaan, agar ia menggantikan dakwanya. Bahkan mereka memboikot rasulullah dan pengikutnya sehingga mati kelaparan. Mereka juga menuduh nabi sebagai seorang ahli sihir dan orang gila.

Merekapun berupaya berupaya untuk menangkapnya, mengusirnya dan membunuhnya. Dan nabi telah menunjukan mereka satu jalan untk menghentikan dakwanya dengan cara mengadakan perkataan yang serupa dengan Al-Qur’an. Akan tetapi mereka tidak sanggup memenuhi jalan itu. Sehingga mereka lebih memilih jalan lain, walaupu mereka terbunuh, ditahan, hidup dalam keadaan miskin, kehinaan lebih mereka pilih dari pada harus menentang dakwa nabi Muhammad dengan cara mendatangkan perkataan serupa Al-Qur’an.

2. Aspek Kemu’jizatan Ilmiah

Kebamyakan manusia keliru ketika mereka beranggapan bahwa Al-Qur’an mengandung semua teori ilmia. Sehingga tiap kali muncul teori keilmuan yang baru, mereka berupaya mencocokannya dengan Al-Qur’an agar sesuai dengan teori tersebut. Sumber kekeliruan dalam hal ini adalah, bahwa ilmu pengetahuan selalu mengalami perkembangan seiring dengan perubahan dan tuntunan zaman. Sehingga ilmu itu masih dalam upaya penyempurnaan terus menerus dan terkadang mengalami kekeliruan. Dan ini harus berlanjut sampai mendekati pada kebenaran dan derajat yakin. Dan setiap teori akan melewati masa pengkajian, percobaan sampai pada tahap pembenaran. Sehingga tidak dapat dihindari sewaktu-waktu penemuan dan teori dapat berubah, bahkan banyak diantara penemuan yang telah ditemukan manusia pada awalnya telah diyakini kebenaranya, namun seetelah dilakukan kajian ternyata keliru.

Orang-orang yang menafsir Al-Qur’an dengan mencocokannya dengan teori ilmiah, dan berupaya untuk mengambil dari Al-Qur’an pencocokan tehadap berbagai permasalah dalam lingkup ilmiah, sama halnya mereka telah berlaku buruk pada Al-Qur’an, walaupun mereka beranggapan bahwa tindakan itu benar, karena problem-problem keilmuwan selalu mengalami perubahan, sehingga ketiika penafsiran Al-Qur’an dengan cara demikian, kemudian teori itu berubah / gagal sama halnya kebenaran Al-Qur’an akan menjadi diragukan. Al-Qur’an adalah kitab hidayah dan aqidah, yang mengajak jiwa-jiwa manusia untuk menempuh jalan-jalan mulia dan terpuji .

Kemu’jizatan ilmiah yang dimiliki oleh Al-Qur’an bukan teletak pada sisi kecakupanya tehadap seluruh aspek teori-teori ilmiah yang akan selalu bertambah dan mengalami perubahan, akan tetapi terletak pada anjurannya untuk selalu berfikir. Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk menggunakan akalnya memikirkan penciptaan alam semesta. Maka teori keilmuwan apapun, kaidah apapun, yang akan meneguhkan posisi akal, menguatkan keyakinannya, terwujud dari aplikasi berfikir yang sehat esbagaimana yang dianjurkan Al-Qur’an.

Al-Qur’an menjadikan upaya berfikir terhadap penciptaan alam semesta sebagai bentuk sarana menumbuhkan dan menambah keimanan kepada Allah SWT. Dengan demikian jelas bagi kiat bahwa kemu’jizatan ilmiah Al-Qur’an menuntun untuk berfikir dan mebuka untuk kaum muslimin pintu-pintu pengetahuan, dan mengajak mereka untuk berkontribusi di dalamnya, perkembangan dan menerima setiap inovasi yang dimunculkan dari penemuan-penemuan ilmiah.begitulah syarat-syarat ilmiah dalam Al-Qur’an yang datng dalam bentuk pentunjuk ilahi agar manusia mencari dan terus melakukan berbagai perenungan.

3. Aspek kemu’jizatan Syariat

Manusia secara naluri membutuhkan orang lain dan rasa saling membutuhkan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari manusia. Sikap hidup saling bantu membantu merupakan gambaran begitu perlunya terbina hubungan antara satu dengan yang lain.

Namun disini lain, sering kali kita temukan seorang berlaku zhalim pada orang, atau mengambil hak-hak orang lain dengan paksa. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya peraturan atau undang-undang yang diberlakukan untuk menjaga keharmonisan kehidupan ditengah manusia. Sehingga pada akhirnya kehidupan manusia akan kacau dan hak-hak setiap orang terampas oleh oaring yang lebih kuat, sudah banyak yang kita temukan dalam sejarah kehidupan manusia tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk mewujudkan kehidupan yang damai dan adil, tapi sering kali upaya itu tidak sampai pada tujuan yang diinginkan sehingga kehidupan harmonis yang diingankan tidak pernah terealisasi. Islam datang membawa keadilan membawa syariat untuk menciptakan kenyamanan dalam hidup bemasyarakat. Dalam membentuk masyarakat yang baik tidak dapat terlepas dari upaya awal untuk membentuk dan mendidik kepribadian yang baik pula. Sehingga bila setiap individu yang menjadi anggota masyarakat telah baik, secara tidak langsung kebaikan itu akan memunculka kebenaran yang koletif .

Al-Qur’an menuntut setiap muslim untuk memegang teguh ketauhidan yang merupaka landasan pokok dalam beramal. Ketahuidan ini akan menjauhkan dirinya dari keyakinan terhadap khurafat, keraguan, dan dari menjadi budak nafsu serta penyembahan terhadap syahwat, sehingga ia menjadi seorang hamba yang bersih keyakinannya kepada Allah yang hanya patuh dan tunduk pada tuhan yang satu tidak butuh pada selainnya. Tuhan yang memiliki kesempurnaan, yang darinya datang segala kebaikan untuk segenap makhluknya dialah tuhan yang satu, pencipta yang satu., yang maha kuasa atas segala sesuatu.

Apabila akidah seorang muslim telah lurus dan benar maka hendaklah ia mengambik konsep hidupnya sesuai dengan tuntunan syariat yang dinyatakan dalam Al-Qur’an, setiap ibadah fardhu yang ditujukan untuk kemaslahatan individu akan tetapi pada waktu yang bersamaan ia juga bertujuan untuk kemaslahatan hidup bersama. Ibadah shalat bertujuan untuk mencegah seseorang dari berprilaku kejih dan mungkar (surat Al-Angkabut:45) dengan terlaksananya shalat dengan baik akan terpancarlah pada diri seorang musli sikap yang baik pula, tenang membawa kedamaiam pada orang yang ada disekitarnya. Zakat membuang sikap bakhil, kecintaan pada dunia, ketamakan pada harta, disis lain zakat menjadi sarana tolong menolong antara yang kaya pada yang miskin ibadah haji adalah sarana untuk latian diri menempuh kesulitan. Pada saat haji semua manusia akan berkumpul pada satu tempat, semua dengan pakaian yang sama dan tidak ada yang membedakan mereka kecuali ketakwaan, sedangkan puasa melatih seseorang untuk mengendalikan hawa nafsunya, ketika berpuasa seseorang akan dilatih untuk menahan amarahnya disamping akan melatih kejujurannya. Semua ibadah diatas bila dilaksanakan sebagaimana mestinya akakn melahirkan dalam diri setiap muslim pribadi yang soleh.



F. Konsep Assarfah

Dalam pembahasan diatas telah diuraikan bahwa kemu’jizatan Al-Qur’an pada umumnya terletak pada informasi-informasi gaibnya, ilustrasi dan formulasi pada kebahasaannya inilah pendapat ulama secara umum akan tetapi sebagain dari ulama mu’tazilah yakni ibnu ishaq ibrahim bin sayyar al-nazam dan para pengikutnya berpendapat bahwa kemu’jizatan Al-Qur’an itu bukan terletak pada faktor-faktor tersebut, tetapi justru karena Allah mengalahkan perhatian bangsa Arab agar tidak menandingi Al-Qur’an padahal mereka mampu untuk melakukannya Inilah yang dalam istilah disebut sebagai sharfah, dengan demikian kemu’jizatan Al-Qur’an ini bukan karena Al-Qur’an itu sendiri tetapi karena factor kekuatan lain di luar Al-Qur’an yang menjaga ketat Al-Qur’an itu sehingga bangsa Arab itu tidak melakukan rivalitas terhadapnya, walaupun pada dasarnya mereka mampu melakukannya. Pernyataan ini disarankan pada kesimpulan logika bahwa orang yang mampu menyusun satu/dua kalimat yang baik, niscaya akan mampu menyusun lebih banyak dari pada itu.

Sementara itu abu hasan ‘ali bin isa al-rumani juga merupakan tokoh besar besar dari mu’tazilah, melihat lebih jauh, yakni bahwa Allah mengalihkan perhatian umat manusia sehingga mereka tidak mempunyai keinginan menyusun suatu karya untuk menandingi Al-Qur’an, dan membuat orang tertarik melakukan rivalitas terhadap kitab suci ini sudah merupakan suatu yang luar biasa.

Dengan demikian Al-Qur’an menurut kedua tokoh mu’tazilah, kemu’jizatan Al-Qur’an itu terletak pada faktor lain selain Al-Qur’an sendiri, yakni bahwa Allah melarang umat manusia melahirkan karya setingkat Al-Qur’an padahal diantara mereka ada yang mampu melakukannya. Demikian kesimpulan al-baqilani terhadap tokoh-tokoh diatas.

Pendapat tokoh-tokoh besar mu’tazilah itu tidak terlepas dari penghargaan mereka terhadap kemampuan akal manusia, tetapi pendapat diatas kemudian dikritik oleh para ulama diluar mu’tazilah, dan sebagai ulama mu’tazilah sendiri yang melihat kemu’jizatan Al-Qur’an dari sudut-sudut informasi-informasi ajarannya ilustrasi dan kebahasaannya.

Secara rinci al-zarkasyi mengemukakan kelemahan argumentasi Al-nuzan dan Al-Rumani diatas yaitu:

1. Firman Allah pada surat Al-isyrah yaitu: memprlihatkan kelemahan bangsa Arab menyusun karya besar yang sejajar dengan Al-Qur’an dan jika Allah melarang mereka, maka yang melemahkan itu bukan Al-Qur’an, tapi justru Allah sediri padahal ayat itu menentang mereka menyusun karya sejajar dengan Al-Qur’an, bukan untuk menandingi kebesaran Tuhan.

2. Bahwa kem’jizatan Al-Qur’an terhadap masyarakat arab saat itu berupa spesifik, dari segi pembahasannya belaka, mungkin saja mereka tidak mampu, tetapi dari segi isi dan ilustrasinya, mereka akan sangat mengalami kesukaran, dan tidak akan mampu

3. Al-Qur’an juga mengemukakan kisah-kisah lama yang tidak terangkat dalam cerita-cerita rakyat Arab, seperti kisah nabi nuh, nabi luth, nabi musa dan harun, serta nabi-nabi yang lain dan perlawanan masyarakat terhadap dakwa mereka, dan akibat-akibat dari perlawanan tersebut.

Beberapa karakter inilah yang memperkuat alasan bahwa kemu’jizatan Al-Qur’an bukan terletak pada kekuasaan sedemikian rupa, sehingga masyarakat Arab tidak mampu menciptakan karya yang setara, sebab itu pernyataan orang-orang mu’tazilah yang menyertakan Al-Qur’an dengan buku al-tala miyah dan al-durar karya ibnu al-mukaffa adalah pernyataanyang sangat keliru dan sesat. Kedua karya tersebut menurut al-ballilani amat jauh dibandingkan dengan Al-Qur’an dari segi isi ,ilustrasi dan pembahasannya.


BAB III

KESIMPULAN



Mu’jizat walaupun dari segi bahasa berarti melemahkan, namun dari segi agama ia sama sekali tidak dimaksudkan untuk melemahkan untuk membuktikan ketidak mampuan yang ditetangkan. Mu’jizat ditampilkan oleh Tuhan melalui hamba-hamba pilihanya untuk membuktikan kebenaran ajaran ilahi yang dibawah oleh masing-masing nabi dan Mu’jizat hanya dimiliki oleh para nabi sebagai pemberian tuhan untuk menghadapi para penentangnya, dan memperlihatkan kebenarannya kerasulan dan kenabiannya, sehingga ajaran yang dibawanya dapat diterima oleh umat manusia, baik pada masa nabi maupun sesudahnya.



DAFTAR PUSTAKA



Al-zarqoni, Muhammad Abd Al’Azhim, Munahil al-‘irfan fiulumul Qur’an, kairo: isa-al-Baby al-halabi, t. th.

Quraish shihab, Muhammad, mu,jizat Al-Qur’an, Bandung: mizan, 1992

Quraish shihab, Muhammad, et al, sejarah dan ulum Al-Qur’an Jakarta; pustaka firdaus, 1999.

Baiqoni, ahmad. Islam dan ilmu pengetahuan Modern, Bandung: Pustaka 1983.

No comments:

Post a Comment