Friday, June 17, 2011

MU'TAZILA


STUDI KOMPARATIF TENTANG PERBUATAN MANUSIA
DALAM PERSPEKTIF MUTAKALLIMIN

Aliran Mu’tazilah
Sesuai dengan doktrinnya tentang kehendak dan kekuasaan Tuhan bahwa Tuhan itu adil dan tidak mungkin berbuat zalim dengan memaksakan kehendak kepada hambaNya yang kemudian mengharuskan hambaNya untuk menanggung akibat perbuatannya. Dengan demikian manusia mempunyai kebebasan untuk melakukan perbuatannya tanpa ada paksaan sedikitpun dari Tuhan. Dengan kebebasan itulah, manusia dapat bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Tidaklah adil jika Tuhan memberikan pahala atau siksa kepada hambaNya tanpa mengiringinya dengan memberikan kebebasan terlebih dahulu.
Aliran ini memandang bahwa manusia mempunyai daya yang besar dan bebas. Manusialah yang menciptakan perbuatan-perbuatannya. Manusia sendirilah yang berbuat baik dan buruk. Kepatuhan dan ketaatan seseorang kepada Tuhan adalah atas kehendak dan kemauannya sendiri. Perbuatan manusia bukanlah diciptakan Tuhan pada diri manusia, tetapi manusia sendirilah yang mewujudkan perbuatannya. Mu’tazilah dengan tegas menyatakan bahwa Daya juga berasal dari manusia> Daya yang terdapat pada diri manusia adalah tempat terciptanya perbuatan. Jadi Tuhan tidak dilibatkan dalam perbuatan manusia. Menurut aliran ini bahwa Tuhan adalah pencipta awal sedangkan manusia berperan sebagai pihak yang berkreasi untuk mengubah bentuknya. Meskipun berpendapat bahwa Allah tidak menciptakan perbuatan manusia dan tidak pula menentukannya, kalangan Mu’tazilah tidak mengingkari bahwa Allah mengetahui segala apa yang terjadi dan diperbuat manusia.
Untuk membela pahamnya, aliran Mu’tazilah mengungkapkan ayat berikut:
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ. (السجدة: ٧)
Artinya: Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya. (QS. As-Sajadah : 7)
Yang dimaksud dengan اَحْسَنَ pada ayat di atas adalah semua perbuatan Tuhan adalah baik. dengan demikian perbuatan manusia bukanlah perbuatan Tuhan, karena di antara perbuatan manusia terdapat perbuatan jahat. Dalil ini dikemukakan untuk mempertegas bahwa manusia akan mendapat balasan atas perbuatannya.

Aliran Asy’ariyah
Aliran ini percaya bahwa Kehendak dan Kekuasaan Mutlak Tuhan benar-benar absolut/semutlak-mutlaknya dan sepenuh-penuhnya, maka manusia pada dasarnya tidaklah berdaya memilih dan menciptakan perbuatannya sendiri, kecuali atas Kehendak dan Kekuasaan Mutlak Tuhan. Pandangan aliran Asy’ariyah bahwa perbuatan manusia sebenarnya adalah perbuatan Tuhan, maka itu berarti manusia beserta ikhtiar dan perbuatannya adalah menjadi milik Tuhan> Dan karena itu maka tidak bisa dikatakan zalim jika Tuhan menghukum atau memberi pahala atas Qudrah dan Iradah-Nya (Kekuasaan dan Kehendak Mutlak-Nya).
Kalaupun misalnya misalnya Tuhan menghukum orang yang berbuat baik, Dia tetap Maha adil karena perbuatan baik itupun Tuhan pula yang menciptakan dan memiliki-Nya. Sehingga unsur memilih (ikhtiar) perbuatan mana yang harus diperbuat pun amat kecil, nyaris tidak ada karena pada dasarnya Tuhan tidak hanya menciptakan apa yang diperbuat oleh manusia.
Menurut aliran ini, pengertian adil adalah wad’u syai’fi mahalih (menempatkan sesuatu pada tempatnya), sedangkan pengertian zalim adalah wad’u syai’fi ghairi mahalih (menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya). Maka menurutnya, apapun yang Tuhan berikan kepada manusia baik berupa pahala maupun siksa itulah Kemahaadilan-Nya. Karena baik buruknya perbuatan manusia semua kembali pada Kekuasaan dan Kehendak Mutlak-Nya.
Untuk membela keyakinannya, mereka mengungkapkan ayat berikut:
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ (٩٦)
Artinya: Tuhan menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat. (QS. Ash-Shaffat : 96)
وَمَا تَعْمَلُونَ pada ayat di atas diartikan dengan apa yang kamu perbuat dan bukan apa yang kamu buat. Jadi ayat ini mengandung arti bahwa Allah menciptakan manusia dan perbuatan-perbuatannya. Sampai di sini nampaklah bahwa aliran ini cenderung membawa umat manusia ke arah fatalis, sehingga manusia bersikap pasif dalam perbuatan-perbuatannya.

Aliran Maturidiyah
Sesuai dengan doktrinnya atas Kehendak dan Kekuasaan Mutlak Tuhan bahwa Tuhan memiliki Kekuasaan dan Kehendak Mutlak, tetapi di sisi lain manusia pun memiliki kemerdekaan untuk menciptakan perbuatannya sendiri. manusia diberi bekal oleh Tuhan berupa “daya” (istita’ah) pada dirinya. Berkaitan dengan daya yang Tuhan ciptakan pada diri manusia ini Al-Maturudi menegaskan adanya dua perbuatan, yakni perbuatan Tuhan dan perbuatan manusia. Perbuatan Tuhan mengambil bentuk menciptakan daya pada diri manusia, sedangkan perbuatan manusia mengambil bentuk mempergunakan daya. Penggunaan daya oleh manusia itu mendapatkan kebebasan dari Tuhan. Manusia bebas untuk berkehendak dan menentukan perbuatannya sendiri. Apakah daya yang ada pada dirinya itu digunakan untuk berbuat kebaikan ataukah keburukan. Tuhan tidak memaksakan dengan Kekuasaan dan Kehendak Mutlak-Nya. Tuhan adalah Maha Adil, oleh karena itu semua pilihan manusia dalam menggunakan ‘daya’nya wajib mendapatkan pengadilan-Nya. karena apa yang diperbuat oleh manusia adalah dipilih dan diciptakan sendiri, maka jika perbuatan itu baik, manusia berhak mendapatkan pahala dan jika perbuatan itu buru, maka dia berhak menerima siksa. Sehingga umat manusia itu termotivasi untuk senantiasa bersemangat dalam memilih dan menciptakan perbuatan yang baik demi mendapatkan pahala yang sebesar-besarnya dari Tuhan. Serta sejauh mungkin menghindari pilihan dan terciptanya perbuatan yang jahat agar terjauh dari siksaan Tuhan.
Mengenai perbuatan manusia ini terjadi perdebatan antara Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah Bukhara. Menurut Maturidiyah Samarkand nahwa kehendak dan daya manusia adalah dalam arti sebenarnya, buka dalam arti kiasan, dan daya untuk berbuat diciptakan bersama-sama dengan perbuatannya. Pendapat ini sama dengan pendapat Maturidiyah Bukhara hanya saja golongan ini memberikan tambahan dalam masalah daya. Menurutnya untuk perwujudan perbuatan, perlu ada dua daya. Manusia tidak mempunyai daya untuk melakukan perbuatan, hanya Tuhanlah yang dapat mencipta, dan manusia hanya dapat melakukan perbuatan yang telah diciptakan Tuhan baginya.


No comments:

Post a Comment